Saat ini, Golkar ditinggal sendirian oleh kawannya di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) karena PPP sudah merapat ke PDIP. Kemudian PAN juga memberikan indikasi mengikuti jejak PPP.
Dengan bubarnya KIB, peluang Golkar untuk mengusung capres, menurut Najmuddin, hampir dipastikan hilang. Mereka kini hanya bisa berkoalisi dan masuk ke salah satu poros, yakni poros pendukung Anis Baswedan dan poros Prabowo Subianto.
"Saya lihat kematangan politik Golkar tengah diuji. Selanjutnya, elite Golkar mesti berpikir lebih keras lagi. Apakah akan tetap memcabangun KIB ataukah berkoalisi dengan Koalisi Perubahan dan Persatuan dg Bacapres Anies. Ataukah mengajak Prabowo untuk membentuk berkoalisi baru," kata Najmuddin.
Namun, elektabilitas Menteri Koordinator Perekonomian itu tak kunjung naik, sehingga daya tawar koalisi ini jadi lemah. Sehingga, menurut Najmuddin, tidak heran bila PPP dan PAN lebih memilih untuk mendukung bacapres potensial seperti Ganjar Pranowo yang akan diusung PDIP.
Najmuddin menyebut, tidak akan sulit bagi Golkar bergabung dengan Koalisi Perubahan bersama Nasdem, Demokrat, dan PKS karena Airlangga sudah pernah melakukan pertemuan dengan elit-elit di koalisi tersebut.
"Sedangkan pintu koalisi dengan Partai Gerindra pengusung Prabowo juga sangat memungkinkan bagi Golkar. Apalagi Golkar merupakan pendukung Prabowo saat Pilpres 2014 lalu," ujar Najmuddin.
Prabowo Subianto disarankan memilih Airlangga Hartarto menjadi cawapres. Sementara untuk Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar, pengamat politik Emrus Sihombing menyarankan cukup menjadi menteri koordinator (menko).
"Maka misalnya peluang koalisi Gerindra, PKB, sama Golkar sangat terbuka, saya melihat calon presidennya adalah Prabowo maka Golkar Airlangga menjadi calon wakil presiden, sementara PKB bisa saja mereka mendapat posisi di beberapa menteri dan menko," ujar Emrus di Jakarta saat dihubungi wartawan.
Emrus menyampaikan, keuntungan yang akan diperoleh Prabowo jika memilih Airlangga menjadi cawapres adalah tingkat keterpilihan. Dia meyakini, Airlangga dapat menjadi pelengkap Prabowo dalam mengurus pemerintahannya kelak saat terpilih pada Pilpres 2024.
"Saya kira keuntungan dari sudut elektabilitas, dari sudut keterpilihan nanti di pilpres, kenapa? Kan kalau kita lihat memang tingkat elektabilitas Airlangga rendah, tapi jangan dilupakan Airlangga punya dua kelebihan utama, dia adalah teknokrat, menyelamatkan ekonomi Indonesia pada masa Covid kan, artinya dia pelaku kebijakan ekonomi sehingga terjaga ekonomi kita," ujar Emrus. (red)
0 Komentar