Pakar politik Universitas Airlangga (Unair) Ucu Martanto menyebut bahwa Ganjar memang memiliki popularitas yang tinggi berdasarkan survei. Namun, PDIP tetap memiliki pekerjaan rumah untuk pemilihan calon wakil presiden (cawapres) pendamping Ganjar Pranowo.
Menurut Ucu, pemilihan Ganjar sebagai bakal capres memang sesuai jika mempertimbangkan perolehan suara. Sebabnya, elektabilitas Ganjar di sebagian lembaga survei menunjukkan hasil yang tinggi. Ganjar dinilai memiliki captive market atau suara.
"Ganjar dipantau memiliki suara di atas 20 persen, sempat turun sekitar 17 persen karena kasus Piala Dunia U-20," kata Ucu saat dihubungi awak media pada Jumat, 21 April 2023
Namun begitu, Ucu menilai bahwa PDIP memiliki 3 pekerjaan rumah (PR) untuk pemilihan cawapres. PR tersebut dinilai dari perspektif kondisi koalisi yang akan dipilih PDIP Pertama, jika PDIP ikut koalisi besar. Dengan kondisi ini, Ucu menanggap bahwa PDIP akan punya banyak pilihan untuk cawapres. "Serta punya suara yang mungkin akan bertambah untuk Ganjar," tutur Ucu.
Kedua, jika PDIP tidak ikut koalisi. Menurut Ucu, kondisi ini akan memperberat kerja partai. Sebab, mereka harus memiliki cawapres yang memiliki suara besar.
Selain itu, partai berlambang banteng ini juga harus memperhatikan bahwa pemilihan cawapres tidak sekedar untuk kontribusi suara karena popularitas Ganjar sudah tinggi. Karenanya, PDIP bisa memilih sosok yang bisa sama-sama mengatasi tantangan Indonesia ke depan.
"Misalnya sosok yang peduli terhadap isu IKN," ujar alumnus Politik & Pemerintahan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.
Ketiga, PDI-P harus mempertimbangkan lawan saat Pilpres 2024 nanti. Jika ada 3 pasangan calon, Ganjar diprediksi akan lebih nyaman saat pencalonan. "Karena distribusi suaranya akan lebih ke Ganjar ketimbang Anies ataupun yang lain," jelas Ucu.
Kondisi itu disebut berbanding terbalik jika pasangan calon presiden hanya dua pasang atau lawan Ganjar hanya 1 pasangan. Hal ini patut diwaspadai oleh PDIP untuk memilih wakil presidennya.
Misalnya jika lawan Ganjar hanya Anies Baswedan. Maka parpol pendukung Anies kemungkinan akan mencari koalisi baru lagi. Kondisi ini dinilai harus diperhatikan Ganjar karena peta politiknya akan sulit diprediksi."Mirip seperti Jokowi yang memilih Ma'ruf Amin, ada kombinasi nasionalis-agamis," imbuh Ucu.
Soal Ganjar yang kemungkinan memilih cawapres dari Jawa Timur, Ucu menilai hal ini bisa terjadi. Sebab, suara masyarakat Jatim cukup besar. "Tapi apakah ada tokoh Jatim yang punya visi besar tentang Indonesia, ya kita belum tahu," ucap pria berkacamata ini.
Ucu juga memprediksi beberapa tokoh dari Jatim yang memiliki peluang untuk jadi Cawapres Ganjar. Salah satunya Mahfud Md yang juga tokoh dari Nahdlatul Ulama (NU). "Mahfud punya kecakapan tentang tantangan dan masalah-masalah di Indonesia, mulai dari hukum, IKN, dan lain-lain," kata Ucu.
Sementara itu, tokoh Jatim dan NU lainnya dianggap belum layak jika disandingkan dengan Ganjar. Sebab mereka dinilai belum punya perspektif luas mengenai tantangan Indonesia ke depannya."Kalau Khofifah Indar Parawansa disandingkan dengan Ganjar saya rasa enggak ya, tapi mungkin tokoh muda seperti Erick Tohir," kata Ucu. (Red)
0 Komentar