Hal itu dilakukan dalam aksi unjuk rasa atau demo yang diikuti sejumlah organisasi Dayak Kotabaru, Kamis dilansir Sentral14 pada Sabtu (21/01/23).
"Tidak hanya warga Dayak Magalau Hulu, warga Dayak Magalau Hilir, Gendang Timburu, Sungai Durian, semua menyatakan keberatan bagian Gunung Keramat itu dihancurkan atau penghilangan sebagian dari situs atau merubah wajah Gunung Keramat," sahut warga Dayak lainnya.
Tokoh Adat Dayak Magalau Hulu, Udin, mengatakan di Gunung Keramat ini tidak boleh ada aktivitas yang menggangu.
"Misalnya bergetar atau terlalu ramai di sini, itu tidak boleh, apalagi sampai menghilangkan bagian-bagian dari Gunung ini," tegasnya.
Udin lanjut menjelaskan, Gunung Keramat atau Gunung Pembalaian ini tempat orang bertapa, tempat meletakkan atau ritual suku Dayak Magalau, Dayak Kalsel.
Sementara, Sri Naida dari DAD Kalsel, mengatakan pembangunan jalan khusus batu bara PT SDE ini sebenarnya bisa dibelokkan (jauh) ke daerah yang tidak mengenai situs Gunung Keramat ini.
Tak hanya sejumlah organisasi Dayak, Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) H. Abdul Kadir bersama jajarannya juga hadir di lokasi.
Terkait hal ini, Ketua DAD Kalsel mengatakan akan melakuan mediasi warga Dayak Magalau bersama pihak PT Sumber Daya Energi (SDE), yang intinya memabahas apa-apa yang boleh dan tidak boleh dan apa-apa yang menjadi kerugian warga Dayak.
Apakah ada yang menjual lahan di samping Gunung Keramat itu ke PT SDE, sehingga PT SDE bisa beraktivitas membuat jalan khusus batu hara dan menghancurkan bagian Gunung itu?
 ){kind=link}
0 Komentar