KONTAK24JAM.NET. "Penyelenggarakan perayaan festival Halloween pada pekan lalu. Acara ini memicu kontroversi sebab kegiatan serupa sebelumnya pernah dilarang.
Halloween di Arab Saudi bertajuk ' Scary Weekend' itu digelar di Boulevard Riyadh, pada Kamis hingga Jumat, 27-28 Oktober 2022.
Orang-orang yang berpartisipasi di acara tersebut bersuka ria mengenakan kostum menakutkan dan pakaian mewah, sampai berpose untuk konten yang dibagikan melalui media sosial.
Adapun kegiatan ini diadakan sebagai bagian dari 'Musim Riyadh' yang sedang berlangsung di ibukota Saudi.
Perayaan di kerajaan yang telah lama lekat dengan gambaran ultra konservatif, telah menuai kritik dari beberapa pengguna media sosial Muslim. Alasannya karena kerajaan telah mengizinkan festival dari tradisi non-Muslim itu.
Pandangan miring lain beranggapan, Arab Saudi memiliki standar ganda mengenai pendirian agamanya, dengan tidak mengizinkan perayaan Maulid Nabi Muhammad (saw), yang dikenal sebagai Al Maulid.
Para peserta di acara tersebut dianggap memaknai Halloween sebagai bentuk hibur saja, terlepas kebiasaan yang jauh dari budaya Arab atau Islam secara khusus.
Salah seorang yang baru pertama ikut acara tersebut menegaskan, kegiatan yang dia hadiri tidak berkaitan dengan kepercayaan agamanya.
"Ini adalah perayaan besar, jujur, dan ada semangat kegembiraan. Masalah haram atau halal, saya sih kurang paham. Kami merayakannya hanya untuk bersenang-senang dan tidak ada yang lain," kata peserta itu seperti dikutip Arab News.
'Scary Weekend' adalah acara bertema kostum kedua yang diadakan di ibu kota. Acara serupa, pesta topeng berlangsung di Riyadh Boulevard Riyadh City pada 17 dan 18 Maret 2022. Acara yang lalu disebut sebagai pesta kostum terbesar di Arab Saudi.
New York Times menulis, bahwa acara yang disponsori pemerintah itu diadakan tepat sebelum Halloween, yang secara tradisional jatuh pada tanggal 31 Oktober. Alasannya agar tidak terlihat secara resmi memperingati festival yang memiliki akar pagan.
ARAB SAUDI "merupakan negara muslim dengan banyak situs kebudayaan dan tradisi Islam. Di bawah penguasa de-facto, Putra Mahkota Mohammed Bin Salman, kerajaan itu dalam beberapa tahun ini ingin menerapkan reformasi sosial yang dimaksudkan untuk memodernisasi negaranya. (Red)
0 Komentar