Bulan Safar sendiri merupakan bulan ke dua setelah bulan Muharram, yaitu belas bulan dalam kalender Islam atau tahun Hijriyah.
Jika sebelumnya Safar artinya kosong, bagi orang melayu bisa diartikan sebagai kuning. Karena kebiasaan orang-orang Arab Jahiliah yang meninggalkan tempat kediaman atau rumah mereka (sehingga kosong) untuk berperang ataupun bepergian jauh.
Kemungkinan, yang pasti mereka menganggap bulan Safar sebagai bulan yang penuh dengan kejelekan. Pendapat lain ada yang menyatakan jika Safar adalah semacam angin berhawa panas yang menyerang area perut sehingga mengakibatkan orang yang terkena jadi sakit parah.
Bagaimana perspektif orang Melayu khusus Banjar dan Jawa menyambut bulan Safar? Ada banyak hal menarik anggapan dan kepercayaan orang Banjar terhadap bulan Safar.
Di antara yang terpenting dari pemahaman bulan Safar tersebut berkaitan dengan hari Rabu, terutama Rabu terakhir yang biasa disebut dengan Arba Mustamir dan jika dalam bahasa Jawa disebut Rabu Wakesan
Dalam anggapan masyarakat kesialan bulan Safar akan semakin meningkat jika ketemu dengan Rabu terakhir di bulan yang sama.
Berdasarkan sebuah referensi klasik disebutkan, Allah SWT menurunkan 3333 jenis penyakit pada hari Rabu bulan Safar, sehingga jika keduanya bertemu maka tingkat dan efek negative (kesialan) yang menyebar pada waktu itu semakin dahsyat. Itulah sebabnya tingkat kewaspadaan terhadap hari Rabu bulan Safar menjadi lebih ekstra.
Tersebut pula dalam kitab Al-Jawahir, diturunkan bala (bencana) pada setiap tahun sebanyak 320.000 bala dan sekalian pada hari Rabu yang terakhir pada bulan Safar, maka hari itu terlebih payah daripada setahun. Tulisan tentang bala yang diturunkan pada bulan Safar ini juga bisa ditemukan dalam kitab Jam’ul Fawaaid, tulisan Syekh Daud bin Abdullah al-Fathani.
Bagi orang Jawa, untuk menyambut Rabu Wekasan dilakukan dengan membuat kue apem dari beras, kue tersebut kemudian dibagi-bagikan dengan tetangga. Ini dimaksudkan sebagai sedekah dan tentu saja untuk menolak bala. Karena ada hadits Nabi Saw yang menyatakan bahwa sedekah dapat menolak bala.
Karena pada bulan Safar, segala penyakit (teluh) dan hal-hal yang berbau magis memiliki kekuatan yang lebih besar dan lebih kuat dibanding pada bulan lainnya.
Apalagi memasuki hari Rabu terakhir di bulan Safar yang dinamakan dengan Arab Mustamir atau dalam bahasa Jawadisebut Rabu Wakasan.
Anggapan bahwa bulan Safar adalah bulan yang tidak baik, memang dipahami secara umum oleh orang-orang Melayu sebagaimana paham dari orang-orang Arab Jahiliah pada masa dulu.
Pada masa atau waktu ketika Ilmu - ilmu magis (Sihir) sering digunakan pada zamannya, konon sudah menjadi semacam kebiasaan dalam masyarakat Melayu khususnya Banjar orang-orang tertentu yang menguasai Ilmu Sihir (semacam guna-guna, teluh, santet, atau parang maya) melakukan ritual khusus untuk mengirimkan ilmunya kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Konon pada bulan Safar, Ilmu yang mereka lepas tersebut lebih sakti dibandingkan bulan lainnya dan orang yang terkena Ilmu itupun akan sukar disembuhkan.
Berikut ini hal-hal yang dinggap pamali (pantangan) bagi orang Melayu khususnya Banjar, misalnya:
Melangsungkan perkawinan, memulai pembangunan (batajak) rumah, menurunkan kapal (nelayan) untuk melaut mencari ikan, bepergian jauh (madam) untuk mencari penghidupan yang lebih baik dan memulai berusaha, memulai untuk berdagang, bercocok tanam, mendulang (emas atau intan), dan sebagainya.
Sebab, akhir dari semua kegiatan tersebut dalam konsep kepercayaan mereka adalah lebih kepada kegagalan atau kesusahan.
Banyak2 berzikir, Istifar bersyalawat, jangan Terlalu sering Mahayabang. (Red/her)
0 Komentar